Dumai - Bandar Bakau. Minggu 16 Januari 2011 beberapa hari lalu aktifitas siswa/i Sekolah Alam mengambil materi "Identifikasi dan Dampak Sampah Plastik pada Lingkungan Pantai". Untuk lokasinya pemberian materi, Pak Darwis dan Pendamping siswa/i dari Pecinta Alam Bahari mengambil lokasi pantai Muara Sungai Dumai tepatnya dibelakang tangki penimbunan CPO. Namun sebelum kesana, kegiatan Sekolah Alam hari itu diawali dengan acara Ramah-tamah dengan para Orangtua/ Wali murid siswa/i Sekolah Alam.
Diadakannya acara ramah-tamah tersebut mempunyai maksud agar para orangtua ikut menyadari bahkan mengajak untuk bersama melakukan upaya dalam melestarikan hutan mangrove Sungai Dumai, acara dilakukan dengan sederhana dan kekluargaan di Pondok Pustaka Bandar Bakau. Diantara mereka bahkan memang sejak awal mewajibkan anaknya untuk bersekolah di Sekolah Alam Bandar Bakau, maksudnya adalah selain mereka mendapat pendidikan formal di Sekolah Umum.. anak-anak mereka juga bisa mendapatkan kegiatan lain yang bermanfaat untuk dirinya, orang lain dan alam.
Menjelang siang hari, acara dilanjutkan dengan Outbound atau Menjelajah Hutan mangrove dengan berjalan kaki hehe.. sebetulnya sudah direncanakan sebelumnya untuk kesana menggunakan perahu sampan (pompong namun tidak jadi. Yang uniknya adalah para orangtua murid diajak ikut serta, sambil sesekali memberikan penjelasan kepada mereka tentang jenis-jenis pohon dan habitat mangrove. Dan ternyata mereka cukup menikmati cara ini.
Pembahasan Materi :
Sampah plastik merupakan masalah bagi banyak negara. Salah satu penyebab utamanya ialah plastik merupakan material yang tidak dapat dihancurkan oleh organisme (non bio-degradable), sehingga bersifat tahan lama (persistent). Karena sifat material plastik yang tahan lama, ditambah lagi sifat lainnya yaitu ringan sehingga mudah mengapung menyebabkan dampak sampah plastik yang umum diketahui masyarakat ialah efeknya dari segi estetika.
Selain dampak sampah plastik dari segi estetika seperti dipaparkan di atas, tidak banyak orang yang menyadari bahwa sampah plastik menimbulkan berbagai macam permasalahan di pesisir dan lautan. Juga, tidak semua orang menyadari bahwa sampah plastik yang dibuang di jalan atau tanah suatu saat dapat sampai ke laut baik melalui saluran-saluran got ataupun langsung ke laut sebagai akibat siraman hujan dan atau tiupan angin.
Salah satu dampak yang merugikan dari sampah-sampah plastik yang berada di laut ialah pada kegiatan perkapalan. Sampah plastik tersebut dapat tersangkut atau terlilit pada baling-baling kapal laut dengan demikian dapat membahayakan tangkai kemudi. Selain itu, sampah-sampah plastik yang tersangkut dapat pula menyebabkan proses pengambilan air laut ke kapal (watersea-intake) dan evaporator kapal menjadi terhambat. Hal-hal tersebut tentu saja berdampak pada beralihnya dana untuk perbaikan kapal, waktu produktif yang berkurang dan akibatnya mengurangi pendapatan nelayan.
Dampak Bagi Habitat Mangrove :
Jaring-jaring plastik dapat juga menjadi perangkap bagi organisme-organisme laut dan karena sifat plastik yang tidak dapat dihancurkan oleh organisme sehingga kejadian tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun. Inilah yang disebut ghost-fishing. Jaring-jaring tersebut dapat memerangkap organisme saat terapung di permukaan, ketika tersangkut di dasar, atau saat hanyut di kolom air. Mamalia laut, ikan, butung laut dan penyu adalah sejumlah hewan yang sering terkena resiko ini.
Plester plastik, tali plastik dan semacamnya yang terapung di laut dapat meliliti mamalia laut atau ikan yang kemudian menjadi semakin mengetat seiring dengan pertumbuhan hewan yang terjerat tersebut sehingga menghambat pernafasan dan membatasi kemampuan bergeraknya. Jeratan plester atau tali plastik ini juga menjadi ancaman bagi burung laut. Seperti halnya jaring, plester, tali plastik atau sejenisnya juga banyak dilaporkan dalam kasus terjeratnya hewan-hewan.
Matinya penyu, mamalia laut dan burung-burung laut juga ditemukan sebagai akibat menelan material-material plastik. Jumlah partikel plastik yang meningkat dan sebarannya yang meluas di lautan telah banyak mengundang perhatian dunia, dan meskipun sifatnya lambat tapi jika material ini ditelan oleh organisme laut dapat berdampak pada berkurangnya kadar nutrisi dari makanan yang dikonsumsi oleh organisme laut. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan hewan menjadi terhambat dan bahkan dapat menyebabkan kematian organisme laut. Selain itu, bahan-bahan beracun yang terdapat pada plastik dapat sampah plastik dapat menyebabkan kematian atau gangguan reproduksi pada ikan, kerang dan organisme laut lain yang berada pada habitat (lingkungan) tersebut.
Menyadari keterbatasan pemerintah dalam hal sumberdaya seperti anggaran dan peralatan, sudah saatnya untuk melibatkan pihak swasta maupun organisasi lainnya dalam pengelolaan sampah. Pemikiran pengelolaan seperti itu terasa makin perlu apalagi bila ditinjau dari besarnya populasi kota Dumai sekarang ini, yang tentunya akan menambah besarnya buangan sampah rumah tangga dan dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.
Dan alangkah baiknya bila perusahaan-perusahaan, utamanya yang memproduksi barang dengan kemasan plastik tidak hanya mencantumkan petunjuk pasca pemakaian pada kemasannya, seperti: “Buanglah sampah pada tempatnya” namun juga berpartisipasi dengan membantu pemerintah dan masyarakat dengan menyumbangkan prasarana yang diperlukan, misalnya bak dan tong sampah, papan himbauan / petunjuk / informasi bagaimana memperlakukan sampah plastik.
SALAM BAHARI !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setiap komentar, mohon cantumkan nama Anda, agar kita bisa lebih mudah berinteraksi dan saling memberikan informasi mangrove. Komentar tanpa akun email/blog, beri komentar sebagai "Anonymous". Kami tunggu komentar dan informasi mangrove dari rekan-rekan ya. Salam Bahari !