Kondisi Eksisting Sungai Dumai
Sungai Dumai merupakan salah satu dari 15 buah sungai di Kota Dumai yang bermuara ke Selat Rupat, memiliki panjang ± 15 km dan terbentang membelah wilayah kota, dari panjang keseluruhan tersebut terdapat ± 7,9 km atau sebesar 52,66 persen bantaran sungai telah menjadi wilayah hunian dengan beberapa aktivitas penghasil limbah ditambah dengan tekanan alur keluar masuk angkutan manusia dan barang. Aktivitas yang berlangsung di wilayah Sungai Dumai terutama bagian hilir sungai adalah kegiatan transportasi kapal-kapal domestik barang dan manusia dan pemukiman penduduk, selanjutnya pada bagian pertengahan sungai terdapat pemukiman penduduk, lalu pada bagian hulu yang merupakan bagian dari Danau Bunga Tujuh terdapat aktivitas pengolahan air bersih guna kebutuhan PT. CPI Dumai.
Sebagai sebuah sungai yang membentang di wilayah perkotaan dengan populasi yang cukup padat, Sungai Dumai memiliki potensi pendayagunaan sumber daya air dan kawasan pariwisata (water front city). Keadaan bagian hilir atau muara Sungai Dumai, memiliki lebar sebesar 60 m dan debit terukur sebesar 25,26 ml/s dengan kedalaman 3,2 m pada kondisi air surut, sedangkan pada saat air pasang beda kedalaman dapat mencapai 1 m yaitu setinggi 4,2 m. Pada kondisi ini, kapal yang berukuran besar dapat masuk ke dalam sungai sampai sejauh ± 50 m (Bappeko Dumai dan PT. Barn Cita Laksana, 2007).
Vegetasi utama di kawasan sekitar muara sungai adalah mangrove. Kondisi vegetasi di bantaran sekitar muara sungai masih alami, terutama di bagian sisi kanan dilihat dari muara sungai. Lain halnya pada sisi kiri, telah terjadi konversi menjadi pemanfaatan lain. Hal ini terlihat dari banyaknya bangunan dan kegitan yang ada di sekitar bantaran sungai, seperti dermaga PT. Pelindo I Cabang Dumai, dermaga pelabuhan rakyat, pangkalan TNI AL, pemukiman warga, kantor polisi, warung makan dan pangkalan BBM PT. Pertamina UP II Dumai..
Bagian hulu Sungai Dumai merupakan kawasan Hutan Wisata Sungai Dumai dan Danau Bunga Tujuh yang berlokasi di Kelurahan Bukit Batrem dan Tanjung Palas seluas 4.721,5 ha yang berfungsi sebagai obyek wisata, paru-paru kota dan menjaga kawasan air tanah. Penunjukan kawasan ini melalui Keputusan Gubernur Riau No. KPTS 85/I/1985 dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 154/KPTS-II/90.
Sungai Dumai yang terbentang membelah wilayah kota merupakan daerah resapan air bagi kawasan di sekitarnya sehingga keberadaan vegetasi yang terdapat baik di daerah muara maupun di sepanjang sempadan kiri kanan sungai memiliki arti yang sangat penting dan harus dipertahankan. Sebagai kawasan resapan air bagi daerah di sekitarnya, perlindungan kawasan sempadan Sungai Dumai perlu dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air guna penyediaan kebutuhan air tanah disamping sebagai penanggulangan banjir. Terlebih lagi di Kota Dumai, sungai merupakan sumber utama bagi kawasan resapan air.
Upaya perlindungan terhadap kawasan mangrove di sekitar muara Sungai Dumai meliputi perlindungan terhadap sempadan sungai dan kawasan pantai berhutan bakau. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai, sedangkan perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya.
Keanekaragaman Mangrove Muara Sungai Dumai
Keberadaan hutan mangrove di Muara Sungai Dumai, terdapat pada area seluas lebih kurang 11,5 hektar. Berdasarkan hasil pendataan setidaknya terdapat 16 Jenis yang dikatergorikan sebagai mangrove sejati dari 8 family/ keluarga. Serta sejumlah 22 jenis mangrove ikutan/ asosiasi. Sedangkan berdasarkan total keberadaan hutan mangrove yang berada di pesisir Kota Dumai, terdapat 23 jenis mangrove sejati dan 22 jenis mangrove ikutan/ asosiasi. Jumlah ini merupakan setengah dari jenis mangrove sejati di Indonesia (47 jenis).
Jenis-Jenis Mangrove Sejati di Sekitar Muara Sungai Dumai
No. | Jenis | Famili | Nama Lokal |
1. | Avicenia alba | Avicenniaceae | Api-api putih |
2. | Avicenia marina | Avicenniaceae | Api-api jambu |
3. | Bruguiera gymnorrhiza | Rhizophoraceae | Tumu |
4. | Bruguiera parviflora | Rhizophoraceae | Lenggadai |
5. | Ceriop tagal | Rhizophoraceae | Tengar |
6. | Gymnanthera paludosa | Asclepiadaceae | Kacang-kacang, kacang laut |
7. | Heritiera littoralis | Sterculiaceae | Dungun |
8. | Lumnitzera littorea | Combretaceae | Teruntum, sesop merah |
9. | Lumnitzera racemosa | Combretaceae | Susup, teruntum bunga putih |
10. | Rhizophora apiculata | Rhizophoraceae | Bakau kecil, minyak, bakau putih |
11. | Rhizophora stylosa | Rhizophoraceae | Bakau, bakau merah |
12. | Rhizophora mucronata | Rhizophoraceae | Bakau, belukap, bakau kurap |
13. | Scyphiphora hydrophyllacea | Rubiaceae | Cingam |
14. | Sonneratia alba | Sonneratiaceae | Perepat |
15. | Sonneratia ovata | Sonneratiaceae | Kedabu |
16. | Xylocarpus granatum | Meliaceae | Nyireh bunga |
Jenis-Jenis Mangrove Asosiasi di sekitar muara Sungai Dumai
No. | Jenis | Famili | Nama Lokal |
1. | Akasia mangium | Mimosaceae | Akasia |
2. | Calophylum inophyllum | Guttiferae | Gurah |
3. | Cerbera manghas | Apocynaceae | Bintan, buta-buta |
4. | Clerodendrum inerme | Verbenaceae | Kayu tulang, keranji |
5. | Derris trifoliata | Leguminosae | Tuba laut |
6. | Ficus microcarpa | Moraceae | Beringin, kayu ara |
7. | Flacourtia rukam | Flacourtiaceae | Rukam |
8. | Flagellaria indica | Flagellariaceae | Rotandini, rotan tikus |
9. | Hibiscus tiliaceus | Malvaceae | Waru, baru-baru |
10. | Ipomoea pes-caprae | Convolvulaceae | Katang-katang, daun barah |
11. | Melastoma cadidum | Melastomataceae | Senduduk |
12. | Morinda citrifolia | Rubiaceae | Mengkudu |
13. | Pandanus tectorius | Pandanaceae | Pandan laut |
14. | Pandanus odoratissima | Pandanaceae | Pandan tikar |
15. | Passiflora foetida | Passifloraceae | Seletup bulu, rambut-rambut |
16. | Sesuvium portulacastrum | Aizoaceae | Rumput gelang |
17. | Spinifex littoreus | Gramineae | Gulung-gulung |
18. | Stachytarpheta jamaicensis | Verbenaceae | Ekor kuda |
19. | Terminalia cattapa | Combretaceae | Ketapang |
20. | Thespesia populnea | Malvaceae | Waru laut |
21. | Vitex pubescens | Verbenaceae | Leban kampung |
22. | Wedelia biflora | Asteraceae | Serunai laut |
Keanekaragaman mangrove di sekitar muara Sungai Dumai merupakan jumlah yang paling tinggi pada satu kawasan mangrove dibandingkan dengan kawasan lain di wilayah pesisir Kota Dumai. Dahulu, pemanfaatan oleh masyarakat setempat di sekitar kawasan mangrove ini adalah melalui aktivitas penebangan untuk keperluan kayu bakar, terutama dari jenis Xylocarpus sp (nyirih) dan Rhyzophora sp (bakau). Namun aktivitas penebangan mangrove saat ini cenderung tidak ada lagi.
Zonasi mangrove di kawasan sekitar muara Sungai Dumai pada sempadan pantai bagian depan mengarah ke laut didominasi jenis bakau (Rhizopora sp), selanjutnya jenis api-api (Avicenia sp), mengarah ke daratan terdapat jenis perepat (Sonneratia sp), lalu nyirih (Xylocarpus sp) dan lenggadai (Bruguiera sp), sedangkan pada sempadan sungai di bagian depan didominasi oleh mangrove jenis api-api (Avicenia sp), selanjutnya mengarah ke daratan adalah jenis nipah (Nypa fruticans) dan piai atau paku-pakuan (Acrostichum sp).
Selain komunitas mangrove, wilayah ini juga didiami oleh fauna yang hidup berasosiasi di ekosistem ini, baik yang berada di bagian atas, batang maupun akar mangrove, antara lain dari golongan crustacea yaitu udang galah (Macrobrancium rosenbergii), rama-rama (Thalassina anomala), kepiting bakau (Scylla serrata), ketam batu (Scylla sp), senepak (Chiromantes sp) dan udang (Penaeus sp). Terdapat pula fauna dari golongan molusca yaitu siput mata merah (Cerithidea obtuse), siput babi (Ellobium sp), siput timba (Nerita lineate), siput hitam, siput api-api, siput blongan, teritip (Barnacles sp), lokan (Polymesoda expansa), sepetang (Pharus sp), umang-umang (Caenobita cavipes), lintah laut (Onchidium sp) dan buah tanah.
Selanjutnya terdapat golongan ikan yaitu sembilang (Plotosus sp), penyumpit (Toxotes sp), kitang, glodok (Periopthalmus sp), buntal (Tetraodon sp), belanak (Mugil sp), lundu dan betutu (Oxyeleotris marmorata). Dari golongan reptil terdapat ular bakau (Trimeresurus pupuremaculatus), ular air (Enhydris enhydris), ular tanah (Cerberus rhynchops), ular daun (Bungarus laticep), ular cincin (Boiga dendrophila), biawak (Varanus salvator) dan bengkarung (Mabouya sp). Sedangkan golongan amphibi adalah katak bakau (Rana cancrivora).
Selanjutnya golongan serangga yaitu laba-laba (Cyptophora beccani), capung (Aeshinidae sp), kupu-kupu (Lycanidae sp), tawon (Vespidae sp), lalat (Drosophila sp), jangkrik tanah (Apterone mobius), nyamuk (Culicidae sp) dan agas. Terdapat pula dari golongan cacing yaitu cacing nipah dan umpun-umpun (Polycaeta sp). Golongan aves (unggas) terdiri dari bangau putih (Ibis cinerius), gagak (Corvus enca), raja udang (Alcedo atthis), burung merba (Pycnonotus sp), camar (Sterna albifrons) dan elang (Ictinateus malayensis). Sedangkan mamalia yang terdapat di wilayah ini adalah monyet (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), musang (Cynogale bennetti), berang-berang (Lutra lutra) dan kelelawar (Rhinolophus affinis).
Hutan Mangrove Muara Sungai Dumai Sebagai Situs Legenda Puteri Tujuh
Sungai Dumai merupakan sungai yang membelah kota Dumai menjadi bagian Barat dan Timur. Ekosistem hutan mangrove di wilayah muara Sungai Dumai diperkirakan memiliki aspek sosial budaya karena mengandung situs atau legenda rakyat Kota Dumai yaitu Legenda Putri Tujuh yang berkaitan dengan asal usul terbentuknya Kota Dumai sehingga perlu dipertahankan keberadaannya. Hal ini sesuai menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 17/MEN/2008 yang menyatakan bahwa situs budaya tradisional adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya dan atau kearifan tradisional.
Dalam legenda itu disebutkan adanya jenis mangrove yang memiliki unsur kekeramatan yaitu bakau hitam atau belukap (Rhizophora mucronata). Dalam kisah tersebut diceritakan, Pangeran Empang Kuala dan pasukannya yang berasal dari kerajaan Aceh, mati terbunuh akibat bantuan gaib melalui buah bakau belukap. Disungai inilah tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang mengandung unsur buah bakau belukap dari kejadian masa lalu yang menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Dumai selama ini. Siapa yang tak pernah mendengar kisah Putri Tujuh, legenda turun menurun yang berada di Kota Dumai ?
Saking kuatnya kisah itu dalam benak dan ingatan masyarakat Dumai, nama Putri Tujuh melekat abadi di Kilang Pertamina. Makam Putri Tujuh bermastautin di kilang tersebut. Kerisauan melihat makam Putri Tujuh hanya terbiar dan hilangnya hutan bakau yang melindungi bibir pantai Kota Dumai tempat makam Putri Tujuh, membuat kelompok Pecinta Alam Bahari mulai berkonsentrasi menyelamatkan bakau yang masih tersisa, karena beradaan bakau di kawasan itu memiliki arti penting bagi kelestarian legenda Putri Tujuh.
Adalah Bakau Belukap (rhizophora mucronata) merupakan salah satu jenis pohon bakau yang mengalami kepunahan di sungai Dumai. Kepunahan ini akibat ekploitasi sebagai bahan baku arang dulunya, dimana panglong (tempat produksi arang)terdapat di Pangkalan Bunting di muara sungai Dumai, ini salah satu contoh memperlakukan alam tanpa memikirkan generasi ke depan, tebang tanpa ada aksi penanaman kembali, akibatnya telah terjadi kepunahan jenis bakau ini di sungai Dumai bahkan generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi.
Pengelolaan Hutan Mangrove Muara Sungai Dumai
Sejak keberadaan kelompok masyarakat Pecinta Alam Bahari Club yang menjaga dan mempertahankan keberadaan ekosistem mangrove yang tersisa di sekitar muara Sungai Dumai pada tahun 1999 sampai dengan sekarang, hutan mangrove muara Sungai Dumai di jadikan sebagai Pusat Informasi Mangrove Dumai. Pengelolaan mangrove di sekitar muara Sungai Dumai yang dilakukan oleh PAB merupakan suatu bentuk pengelolaan yang berbasis komunitas pesisir, mengingat kelompok ini terdiri dari masyarakat pesisir di sekitar kawasan mangrove muara Sungai Dumai.
Pengelolaan yang dilakukan meliputi upaya perlindungan dan rehabilitasi mangrove. Upaya perlindungan melalui aktivitas menjaga, mengawasi dan mempertahankan mangrove yang tersisa di kawasan ini. Upaya rehabilitasi dimulai melalui aktivitas penanaman kembali mangrove secara rutin di bagian wilayah yang jarang. Upaya mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan ekosistem mangrove di sekitar muara Sungai Dumai diharapkan akan memperlambat laju pengurangan luasan, mempertahankan keanekaragaman jenis mangrove dan mengelola kawasan hutan mangrove yang tersisa dengan pendekatan berbasis komunitas pesisir.
Diharapkan pula agar kawasan tersebut menjadi pilar utama pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis ekosistem mangrove yang berkelanjutan, yang berarti dengan terkelolanya tegakan mangrove menurut habitatnya akan diikuti oleh tumbuh suburnya biota yang memiliki nilai ekonomi yang selanjutnya dapat membuka peluang usaha dari pemanfaatan berbagai biota bernilai ekonomi yang berasosiasi dengan hutan mangrove sehingga menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat di sekitarnya dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutannya.
Manfaat sosial pengelolaan mangrove terlihat dari mulai tumbuhnya rasa penghargaan masyarakat terhadap pentingnya keberadaan hutan mangrove serta dijadikannya kawasan ini sebagai objek penelitian oleh kalangan akademisi. Selain itu menggunakan kawasan hutan mangrove yang terletak di tengah Kota Dumai ini sebagai objek pengenalan dan pemahaman peran dan fungsi hutan mangrove sebagai bagian dari lingkungan pesisir dan perairan, demikian pula bagi kalangan pelajar dan mahasiswa yang menjadikan kawasan ini sebagai wahana pembelajaran serta menumbuhkan rasa cinta pada lingkungan dan bahari, serta merupakan cikal bakal pengembangan kegiatan ekowisata di Kota Dumai.
Kesimpulan
Terdapat wacana untuk menjadikan Sungai Dumai menjadi suatu kawasan ekowisata terpadu, mengingat pada bagian hilir atau muara dan sepanjang sungai terdapat ekosistem mangrove, mengarah ke bagian hulu sungai melintasi kawasan hutan wisata dan berpangkal pada Danau Bunga Tujuh. Kedua kawasan tersebut saat ini menjadi objek wisata di Kota Dumai. Hal ini tentunya sangat potensial untuk menjadi sebuah paket wisata alam dari daerah hulu hingga ke bagian hilir sungai. Kegiatan ekowisata akan memberikan manfaat pelestarian sungai sekaligus meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan perencanaan yang baik dan sesuai dengan daya dukung lingkungannya oleh Pemerintah Daerah bersama masyarakat di sekitar sungai, mengingat disamping potensial bagi kegiatan pariwisata namun terdapat ancaman bagi degradasi lingkungan sungai.
Memperhatikan aspek keanekaragaman mangrove yang cukup tinggi dengan kondisi yang masih baik dan diperkirakan merupakan situs budaya serta sebagai daerah resapan air bagi kawasan di sekitarnya, juga merupakan salah satu ekosistem mangrove yang terdapat di wilayah perkotaan yang memiliki aksesibilitas yang baik maka kawasan mangrove di sekitar muara Sungai Dumai harus tetap dipertahankan dan dijaga kelestariannya tanpa mengkonversinya untuk kegunaan lain. Sebagai kawasan yang diduga merupakan situs budaya, mangrove di sekitar muara Sungai Dumai harus dipertahankan dan dijaga kelestariannya menjadi aset bagi generasi muda untuk lebih mengenal sejarah dan budaya Kota Dumai.
Diharapkan juga kawasan pengelolaan mangrove di sekitar muara Sungai Dumai menjadi fasilitas pembelajaran, ekowisata dan wahana kaji terap budidaya mangrove. Tak tertutup pula kemungkinan untuk menjadikan kawasan ini sebagai station research mangrove guna kepentingan penelitian dan pendidikan mangrove di wilayah pesisir Timur Sumatera.
Nice Info! Artikelnya sangat bermanfaat, terimakasih sudah berbagi :) kunjungi kami
BalasHapusTerimakasih admin sudah share informasi ini. Kebetulan saya sedang menulis tentang Pariwisata Berkelanjutan di blog saya.
BalasHapusInfo yang bermanfaat bos
BalasHapusTulisan Nanda
good and useful writing
BalasHapusNanda Nurse